Blogroll

Kamis, 13 Agustus 2015

DI BALIK KEPUNGAN CEMARA


senja perlahan punah di depan mata.
berlarik-larik,
melukis jagad,
lalu kelam.
di situ ia berdiri,
perempuan itu,
yang bersiap dengan pedang di tangannya.
menanti di atas bukit yang tua.
menanti bulan terbit di batas langit.
"aku ingin membunuh bulan" ujarnya parau disela angin yang berdesir risau.
"akan kubuat ia banjir darah dan sekarat, sampai tuhan menyerah dan mempersembahkan air matanya kepadaku."
di balik kepungan cemara,
aku melihatnya.
perempuan yang merapal mantra-mantra,
membelah bulan dan menguras air mata tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates